Kamis, 10 Juli 2014
Meet you
Setibanya aku sebelum memasukan pintu gerbang sekolah itu. SMA 54. Detak jantung ini berdetak entah lebih kencang atau terlalu kencang,aku memperlambat kakiku melangkah, sangat lambat. alhasil jarak antara gerbang menuju tempat pengambilan tiket itu sangat dekat. Dari jauh,sudah kulihat seseorang yang begitu sangat familiar. Salah satu teman karib ian,putra. Iya putra. Langsung ramai ketika saja aku baru menampakkan wajahku disana. Perlahan aku berjalan mendekati mereka,sangatlah pelan. Tapi,langkah demi langkah kakiku dapat juga mendaratkan aku untuk berpijak disuatu lantai sekolah itu. Karena,sebelumnya kakiku masih berada dilapangan sekolah. Langsung saja aku duduk,bersampingan dengan temanku, menatap lurus kearah lapangan dimana banyak orang yang sedang merebutkan bola bundar itu,ya bola basket. Ku putar kedua bola mataku berulang-ulang tapi tidak juga ku jumpai nya. Aku menghela nafas. Membuat tubuhku menjadi lemas. Setelah lama aku memandang sekitar,akhirnya aku dapat melihatmu,mendangmu dari jarak yang lumayan jauh. Aku berharap engkau tidak sadar jika lau aku sedaritadi memandangimu sangat fokus. Seketika saja engkau tiba-tiba berdiri,berbalik dan kau berjalan ke arahku,ketika saja hatiku berteriak sangat kencang “iya benar itu ian,ian dan ian, ia berjalan menghampiriku atau” setelah aku yakin ternyata ia berbelok,bahkan ia sama sekali tidak meliriku. Jangankan melirik,aku yakin ia juga tidak memperhatikanku dan tidak sadar kalau aku ada disana. Kasian bukan. Andai saja kau tau aku datang kesini untuk melihatmu,untuk melepas kerinduanku. Tapi aku tidak berani untuk berkata kalau aku merindukanmu. Untuk mengeja namamu perlahan saja aku sangat takut. Fikirku dengan melihatmu hari ini penuh dengan senyum saja dapat mengisi ulang tenagaku. Membangkitkan semangatku. Setelah sekian lama,permainan itu berakhir aku berbincang dengan teman-temanku,walaupun statusku disana hanya sebagai penonton dari sekolah lain. Hati kecilku berkata,lebih baik pulang saja beristirahat dirumah. Daripada aku hanya bisa jadi penonton kebahagianmu ian. Ketika saja aku sudah mulai putus asa,temanku memang sangat mengerti,thanks good Cynthia,yeah bukan hanya cynthia,tapi nuria.kuntum dan bunga juga membantuku untuk menampar ian agar ia sadar aku diam disini sangat membutuhkannya. Cynthia langsung aja memanggil ian,menyuruhnya datang kepadaku. Munafik mulutku menolak. Alhasil,ian mau mendekatiku,aku berharap tuhan memberikan keajaiban kepadaku. Tapi,ternyata keajaiban yang tuhan berikan kepadaku lebih indah dari yang aku impikan, aku berharap ian berbicara sepatah dua kata,untuk memintaku kembali hadir dihidupnya tapi ternyata tidak, setelah saja permainan berakhir ian menghampiriku dan ia berkata “pulang duluan ya” dan kita *haifive* yeah seneng bukan main, padahal hanya dibuat senang seperti itu. Tapi,itu jauh lebih istimewa menurutku. Karena,seenggaknya ian masih menghargai kehadiranku dengan membuatku senang sejuta warna hari itu. Trimakasih,karena kau telah membuatku berwarna hari ini,walaupun seharusnya pelangi hadir setelah hujan berlalu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar